Jumat, 06 Februari 2009

Tantangan Pariwisata Jepara 2009

Industri pariwisata merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap pendapatan negara dan menjadi sektor yang bisa menciptakan lapangan kerja tidak terhingga jumlahnya. Menurut catatan, sektor pariwisata tahun 2008 mencatat dua rekor baru yaitu jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan perolehan devisa. Jumlah wisman ke Indonesia hingga akhir 2008 diperkirakan mencapai 6.4 juta orang, naik 16,85% dibanding tahun 2007 yang sebanyak 5,5 juta orang.
Dengan melihat kenyataan tersebut kita perlu mencermati terhadap tingkat kunjungan wisata yang ada di Kabupaten Jepara. Mungkin tidak sepadan dengan kenaikan kunjungan wisman di Indonesia, meskipun sudah dibuat Bulan Kunjungan Jepara 2008 yang mengikuti Program Nasional. Namun demikian kita tidak perlu menyalahkan siapa dan bagaimana hasilnya. Semua keberhasilan atau kegagalan adalah wujud dari keikutsertaan masyarakat, Pengusaha, Pelaku wisata dan Pemerintah daerah tentunya. Ditahun 2009 perlu penanganan serius dari semua fihak untuk mensukseskan kunjungan ke Jepara, sehingga akan mendongkrak ekonomi dari semua sektor baik Pariwisata, Perdagangan maupun yang lainnya.
Mengapa tingkat kunjungan wisata Jepara belum optimal ? Kita perlu telaah lebih lanjut, apakah yang menjadi penyebabnya dan bagaimana menjawab tantangan Pariwisata Jepara di tahun 2009.
Ditinjau dari Perencanaan.

Perencanaan kepariwisataan alam di suatu daerah, pada umumnya didasarkan pada pola perencanaan regional dan kawasan. Oleh karena pembangunan kepariwisataan alam sangat erat kaitannya dengan upaya mengkonservasi lingkungan, maka konsep dan prinsip pembangunan berwawasan lingkungan harus menjadi pertimbangan utama.
Perencanaan pengembangan suatu kawasan pariwisata yang sebaiknya mempertimbangkan faktor kelangkaan, kealamiahan, keunikan, pelibatan tenaga kerja lokal, pertimbangan keadilan pendapatan dan pemerataan. Jika etika perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik, diharapkan peranan suatu objek wisata akan terasa bagi masyarakat lokal. Penataan kawasan wisata mutlak harus dilakukan agar keberadaannya dapat dikunjungi terus oleh wisatawan. Kawasan dan objek wisata yang tertata baik akan memberikan nilai-nilai estetika, kenyamanan, kepuasan dan kesan/image yang mendalam bagi wisatawan dalam melakukan aktivitas wisata.

TANTANGAN & PERAN PENGUSAHA DALAM MAMBANGUN BANGSA

Untuk menjadi negara industri yang maju tidak terlepas dari peran para pengusaha yang handal dalam menghadapi tantangan pasar kedepan yang semakin kompetitif, baik didalam negeri sendiri maupun luar negeri. Dengan sumberdaya yang semakin terbatas dan tumbuhnya negara-negara pesaing baru serta skema perdagangan global merupakan tantangan bagi para pengusaha. Oleh sebab itu keberhasilan para pengusaha di dalam perjalanan usaha menjadi hal yang penting dalam pencapian tersebut.
Keberhasilan seorang pengusaha sangat ditentukan oleh kemampuanya melakukan inovasi. Menariknya terkadang inovasi berawal dari mimpi, mimpi disini bukan berarti bunga tidur, tetapi merupakan suatu cita-cita atau ide. Semua yang dilakukan pengusaha, profesi apapun yang dihadapi, harus mampu melihat ke depan dan berjuang untuk menggapai apa yang di jadikan tujuan perusahaan sehinga akan tercipta kemakmuran dan kemajuan bangsa.

Peran UMKM dalam membangun ekonomi Nasional

Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 dan UU 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat. Perubahan sistem ini akan mengalami implikasi terhadap pelaku bisnis mikro, kecil dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang dikenakan pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan daya saing Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Disamping itu semangat kedaerahan yang berlebihan, kadang menciptakan kondisi yang kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya di daerah tersebut.

Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku Tahun 2003 dan APEC Tahun 2020 yang berimplikasi luas terhadap usaha mikro kecil dan menengah untuk bersaing dalam perdagangan bebas.

Dalam hal ini, mau tidak mau Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dituntut untuk melakukan proses roduksi dengan produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global dengan standar kualitas seperti isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14.000) dan isu Hak Asasi Manusia (HAM) serta isu ketenagakerjaan.

Isu ini sering digunakan secara tidak fair oleh negara maju sebagai hambatan (Non Tariff Barrier or Trade). Untuk itu maka diharapkan UMKM perlu mempersiapkan agar mampu bersaing baik secara keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan eknomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut.

Minim persiapan, ’Visit Jepara 2008’ tidak ada greget

JEPARA - Bulan Kunjungan Wisata ”Visit Jepara 2008” yang digeber Pemkab Jepara dan para pelaku dunia usaha di Jepara, tampaknya masih jauh dari harapan. Baliho, spanduk dan produk promosi ”Bulan Kunjungan Wisata” yang dipasang di beberapa sudut kota dan puluhan kaca bus luar kota, tidak sepenuhnya memberi dampak bagi kegiatan ini. Dari beberapa objek wisata Jepara yang ada, tidak terlihat tandatanda tentang adanya peningkatan jumlah pengunjung secara signifikan.

Bulan Kunjungan Wisata Jepara yang digelar mulai 15 September sampai 31 Oktober mendatang, tinggal menyisakan sekitar dua pekan. Namun grengseng- nya bisa dikatakan tidak ada sama sekali. Jangankan bagi masyarakat luar, masyarakat Jepara sendiri seperti tidak tertarik pada even ini.

Samsul Arifin (33), seorang praktisi usaha pariwisata mengakui, even Visit Jepara 2008 masih jauh dari harapan. Even ini, menurutnya, harus diakui sebagai sebuah upaya bagus untuk mendongkrak kemajuan dunia wisata Jepara. Namun persiapan yang hanya sebulan, menurutnya, jelas tidak cukup untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Menurut Samsul, untuk even seperti itu idealnya harus disiapkan sekitar 4-6 bulan sebelumnya. Even ini harus melibatkan banyak elemen dalam masyarakat. Sebuah jaringan kerja harus bisa dibangun terlebih dahulu untuk even seperti ini. Selain itu, promosi dan sosialisasi harus dilakukan dengan baik dan terencana. Sehingga semua elemen yang terlibat, termasuk masyarakat umum dan masyarakat di sekitar objek wisata mengetahuinya dengan pasti.

”Even seperti ini memerlukan kesamaan visi dan misi dari semua elemen yang terlibat. Jejaring pariwisata harus disiapkan terlebih dahulu, bersamaan dengan kesiapan dari para pelaku usaha pariwisata, serta infra struktur pariwisatanya. Visit Jepara 2008 akan menjadi sesuatu yang luar biasa bagi dunia wisata Jepara jika disiapkan dengan sungguh-sungguh,” ujarnya, Senin (20/10).

Evaluasi
Kabid Pengembangan dan Pengelolaan Pariwisata Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara, A Juli Susanto SH tidak menampik sinyalemen ini. Event Visit Jepara 2008, menurutnya, memang perlu banyak dievaluasi dalam pelaksanaannya. Program ini, kata dia, memang memerlukan persiapan lebih panjang. Terpenting lagi, anggaran untuk kegiatan ini juga memerlukan dana lebih banyak lagi.

Dikatakan Juli Susanto, selain persiapan kurang, pendanaan untuk event Visit Jepara 2008 jauh dari cukup. Untuk kegiatan ini hanya menggunakan dana Rp 75 juta. Dana tersebut sebagian besar habis tersedot untuk pembiayaan kegiatan promosi, terutama pembuatan spanduk, baliho dan leaflet. Di-luar itu, event ini mengandalkan pembiayaan dari dinas lain, seperti dalam kegiatan festifal kerajinan dan pameran produk mebeler.

”Kami tidak akan memungkiri hal itu. Visit Jepara 2008 memang masih jauh dari harapan, khususnya dari sisi kualitas. Kegiatan ini harus disiapkan secara matang dalam waktu yang tidak hanya sebulan,” ujarnya, Senin (20/10).

Agenda Pengelolaan JTTC

Sejak tanggal 1 Juli 2008, Samsul Arifin, SE, MM menjadi pengelola operasional baru dari Jepara Trade and Tourism Center (JTTC), menggantikan tim Detro Consulting yang telah mengawali pengelolaan JTTC.

Samsul Arifin ini memiliki pengalaman dalam mengelola Tourism Information Center, Radio Wisata, Hotel & Restaurant, Travel Agent, Dosen STIENU, Trading, Konsultan Manajemen dll.

Pengelola baru ini akan melanjutkan, tidak mengganti, tugas dan fungsi JTTC yang telah dirintis oleh pengelola sebelumnya. Seperti pada periode sebelumnya, JTTC berfungsi : pusat promosi, pusat desain, klinik HAKI dan Pusat Informasi Potensi dan Pariwisata. JTTC adalah salah satu unit pelayanan teknis pemerintah dalam mengembangkan usaha kecil menengah di Jepara. Selama ini kita baru mengenal unit pelayanan teknis lebih pada bidang kesehatan dan pendidikan. Layanan pemerintah di bidang kesehatan dan pendidikan memang terlebih dahulu lebih mapan dibandingkan layanan untuk UKM.

Sampai hari ini, JTTC telah berjalan 1 tahun 2 bulan. Masih ada anggapan, bahwa gedung JTTC masih sepi dan tidak berfungsi. Anggapan itu tidak lepas dari belum terasanya ke empat fungsi JTTC tersebut di mata masyarakat. Yang paling mudah dan sering dipersalahkan dari belum optimalnya fungsi tersebut adalah pengelola JTTC. Sama halnya ketika ada kelambanan dalam pelayanan puskesmas, yang cenderung dipersalahkan adalah pegawai puskesmas.

Padahal unit layanan teknis JTTC adalah satu mata rantai yang kelancarannya membutuhkan mata rantai lainnya dalam suatu siklus layanan pemerintah. Siklus layanan itu meliputi: 1. penyerapan aspirasi dari pemangku kepentingan 2. Dukungan dari Kebijakan Bupati 3. Legalitas Organisasi yang membantu fungsi 4. Desain Layanan 5. Mobilisasi Sumber Daya 6. Penyaluran Sumber daya 7. Penempatan titik layanan yang terjangkau 8. Pengorganisasian masyarakat penerima layanan untuk membantu penerimaan layanan. Ke tujuh siklus layanan ini adalah kesatuan yang saling mempengaruhi

Penyerapan aspirasi dan dukungan dari kebijakan bupati telah JTTC capai. Penyerapan aspirasi dilakukan dengan mengundang asosiasi untuk membicarakan optimalisasi fungsi JTTC. Hasil dari pembicaraan ini adalah beberapa action plan untuk mewujudkan fungsi pelayanan JTTC pada UKM.

Agenda JTTC selanjutnya adalah membangun legalitas yang memungkinkan JTTC berkoordinasi, bekerja sama, dan memobilisasi sumber daya antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait di Jepara. Tanpa legalitas, SKPD sulit untuk diajak berkoordinasi, apalagi memobilisasi sumber daya. Padahal keempat fungsi JTTC membutuhkan keikutsertaan berbagai SKPD untuk berfungsi optimal. Tanpa legalitas ini, beberapa pihak akan saling menyalahkan pihak lainnya, dan masing-masing berpegang pada pedoman bahwa mereka secara legal tidak bertanggung jawab atas fungsi JTTC. Pengelola sendiri tidak bisa berjalan sendiri menjalankan fungsi JTTC secara optimal tanpa bersinergi dengan berbagai SKPD.

Jika legalitas selesai, hal yang segera dikerjakan secara koordinatif adalah . Desain Layanan 5. Mobilisasi Sumber Daya 6. Penyaluran Sumber daya 7. Penempatan titik layanan yang terjangkau 8. Pengorganisasian masyarakat penerima layanan.

Karena legalitas itu seringkali berjalan lambat, Sambil menunggu legalitas, Pengelola JTTC ini akan menggunakan sumber daya seadanya untuk mewujudkan fungsi JTTC, dengan menggandeng swasta dan asosiasi yang bersedia mendukung.

1. Box layanan informasi perdagangan dan pariwisata. Berisi info buyer, supplier, perusahaan, order,

2. Penyelenggaraan internet untuk menunjang box layanan informasi tersebut

3. milis informasi untuk pengembangan industri furniture dan kerajinan

4. Portal komunikasi buyer - penjual untuk produk furniture dan kerajinan Jepara

Mohon dukungan pengusaha furniture dan kerajinan dengan menyiapkan profil perusahaan (Nama perusahaan, kontak person, telp, email, website, jenis produk, kapasitas produksi), demi kelancaran pelayanan kami.

Kamis, 05 Februari 2009

Wisata Mulai dilirik Menjadi Mata Pencaharian Warga Lokal

Ada yang Nekat Datangkan Kano dari Bali

Wisata memang menjadi magnet baru warga lokal untuk mengais rezeki, utamanya yang dekat dengan obyek wisata pantai. Sebagian warga bahkan berharap, wisata Jepara bisa berkembang seperti di Pulau Dewata Bali.

KEINDAHAN alam di sejumlah pantai seperti Pantai Bandengan, Pantai Kartini maupun pantai lainnya yang tersebar di Jepara menjadi aset yang berharga. Tidak banyak daerah yang mempunyai potensi alam seperti Jepara.

Belum lagi Kepulauan Karimunjawa yang masih elok dan belum banyak orang mengenal apalagi menyentuhnya. Karena itu cukup wajar sejumlah harapan besar dicita-citakan Pemkab Jepara agar potensi yang belum tergarap bisa diberdayakan untuk kesejahteraan warga maupun untuk pemasukan daerah.

Hisyam salah seorang warga Karimunjawa misalnya melihat potensi alam Kepulauan Karimunjawa yang masuk Kecamatan Karimunjawa tidak kalah hebat dengan Bali. "Kalau masalah potensi kita tidak kalah dengan sana. Hanya masalah kultur dan kesiapan warga yang perlu dimatangkan," ujarnya.

Hal ini juga diakui Samsul Arifin. Menurutnya untuk memberdayakan potensi agar bisa menggerakkan sektor ekonomi warga tidak terlalu sulit. "Potensi alamnya sebenarnya tidak jauh beda. Yang agak sulit adalah bagaimana masyarakatnya bisa menyiapkan diri untuk wisatawan ke sini," ujar salah satu pemilik travel Trio Tours ini.

Potensi alam ini ternyata sudah mulai tercium sebagian warga. Contohnya Cipto salah seorang warga Bandengan, Kecamatan Jepara, sejak 2007 memanfaatkan potensi Pantai Bandengan dengan menyewakan perahu kano.

Untuk memulai usaha ini Cipto mengaku mendatangkan Kano langsung dari Bali. "Saya beranikan untuk investasi usaha ini karena memang ke depan kayaknya menjanjikan. Bersama sejumlah teman, kami patungan membeli perahu kano," ungkapnya tanpa menyebutkan berapa investasi yang dia tanamkan.

Awalnya kehadiran kano belum mendapat respon. Lambat laun dengan sedikit promosi sana-sini, pria berumur 38 tahun ini mengaku kehadiran kano mulai banyak disukai pengunjung.

"Ke depan bisnis ini cukup menguntungkan terlihat dari animo yang terus meningkat," ujarnya.

Sejauh ini memang baru hari-hari tertentu seperti saat pesta lomban maupun masa liburan penghasilan bisa diharapkan. Saat ramai, pria yang dulunya berkecimpung sebagai nelayan ini mengaku bisa meraup ratusan ribu per hari. "Saat biasa ya lumayanlah bisa dapat puluhan ribu," ungkapnya.

Sekali menyewa per jamnya Cipto memungut biaya jasa sebesar Rp 10 ribu untuk perahu kano yang kecil. Sementara perahu kano yang besar dia menyewakan kepada pengunjung Rp 20 ribu per jam. (*)

Membranding Jepara Lewat Pameran Informasi Pembangunan

Saatnya Mengoptimalkan Peran JTTC

Gedung Jepara Tourism and Trade Center (JTTC) yang dibangun dengan dana miliaran rupiah tidak ingin disia-siakan begitu saja. Selain difungsikan sebagai kantor Kadin Jepara, Asmindo Komda Jepara maupun lainnya. Namun fungsi utama gedung ini justru terletak sebagai pusat promosi.

MELALUI even PIP beberapa hari lalu dengan target menyebarluaskan informasi mengenai kemajuan yang sudah dicapai, maupun rencana pengembangan arah pembangunan lebih khusus, dengan mengembangkan berbagai potensi daerah mulai wisata, industri dan lainnya difokuskan di tempat ini.

Tidak salah memang rencana Pemkab mengoptimalkan JTTC. Tempat ini cukup strategis. Berlokasi dipinggir jalan di Desa Rengging, Kecamatan Pecangaan. Jika menilik persoalan ini, maka sentra informasi mengenai wisata dan perdagangan sunggu sangat pas.

Apalagi dengan rencana Pemkab dan pengelola JTTC menggelar lelang mebel. Dengan demikian upaya meramaikan tempat ini dengan berbagai even kegiatan yang bersifat informatif harus sering dilakukan.

Bagaimana JTTC bisa memberikan nilai positif bagi pengembangan potensi daerah termasuk menyebarluaskan potensi Jepara, sehingga kunjungan ke Jepara tidak hanya sebatas saat berlangsung program Bulan Kunjungan Jepara. "Ketika orang mencari sesuatu maka orang bisa langsung mengakses tempat tersebut," ungkap Samsul Arifin pengelola JTTC.

Hal ini juga didukung dengan adanya Tourism Information Center (TIC) yang berpusat di kompleks Dinas Pariwisata. "Sinergitas antar instansi maupun pihak terkait sangat penting untuk memaksimalkan potensi wisata maupun potensi daerah. Kehadiran TIC dengan website yang banyak diakses orang luar, makin memudahkan untuk membuka Jepara sebagai kota tujuan wisata dan perdagangan," imbuh dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama (STIENU) ini.

Pada akhirnya terbentuknya brand image yang sudah melekat di kota ukir ini menunggu kesiapan masyarakat Jepara. Jika menginginkan kota ini bisa menjadi magnet wisatawan tentu kesiapan mental warganya perlu ditata. "Percuma kalau sarana dan prasana serta akses informasi tersebar luas, tapi warga belum siap dengan perubahan yang akan terjadi, program kunjungan wisatawan tidak akan maksimal," imbuhnya. (*)