Jumat, 06 Februari 2009

Tantangan Pariwisata Jepara 2009

Industri pariwisata merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap pendapatan negara dan menjadi sektor yang bisa menciptakan lapangan kerja tidak terhingga jumlahnya. Menurut catatan, sektor pariwisata tahun 2008 mencatat dua rekor baru yaitu jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan perolehan devisa. Jumlah wisman ke Indonesia hingga akhir 2008 diperkirakan mencapai 6.4 juta orang, naik 16,85% dibanding tahun 2007 yang sebanyak 5,5 juta orang.
Dengan melihat kenyataan tersebut kita perlu mencermati terhadap tingkat kunjungan wisata yang ada di Kabupaten Jepara. Mungkin tidak sepadan dengan kenaikan kunjungan wisman di Indonesia, meskipun sudah dibuat Bulan Kunjungan Jepara 2008 yang mengikuti Program Nasional. Namun demikian kita tidak perlu menyalahkan siapa dan bagaimana hasilnya. Semua keberhasilan atau kegagalan adalah wujud dari keikutsertaan masyarakat, Pengusaha, Pelaku wisata dan Pemerintah daerah tentunya. Ditahun 2009 perlu penanganan serius dari semua fihak untuk mensukseskan kunjungan ke Jepara, sehingga akan mendongkrak ekonomi dari semua sektor baik Pariwisata, Perdagangan maupun yang lainnya.
Mengapa tingkat kunjungan wisata Jepara belum optimal ? Kita perlu telaah lebih lanjut, apakah yang menjadi penyebabnya dan bagaimana menjawab tantangan Pariwisata Jepara di tahun 2009.
Ditinjau dari Perencanaan.

Perencanaan kepariwisataan alam di suatu daerah, pada umumnya didasarkan pada pola perencanaan regional dan kawasan. Oleh karena pembangunan kepariwisataan alam sangat erat kaitannya dengan upaya mengkonservasi lingkungan, maka konsep dan prinsip pembangunan berwawasan lingkungan harus menjadi pertimbangan utama.
Perencanaan pengembangan suatu kawasan pariwisata yang sebaiknya mempertimbangkan faktor kelangkaan, kealamiahan, keunikan, pelibatan tenaga kerja lokal, pertimbangan keadilan pendapatan dan pemerataan. Jika etika perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik, diharapkan peranan suatu objek wisata akan terasa bagi masyarakat lokal. Penataan kawasan wisata mutlak harus dilakukan agar keberadaannya dapat dikunjungi terus oleh wisatawan. Kawasan dan objek wisata yang tertata baik akan memberikan nilai-nilai estetika, kenyamanan, kepuasan dan kesan/image yang mendalam bagi wisatawan dalam melakukan aktivitas wisata.

TANTANGAN & PERAN PENGUSAHA DALAM MAMBANGUN BANGSA

Untuk menjadi negara industri yang maju tidak terlepas dari peran para pengusaha yang handal dalam menghadapi tantangan pasar kedepan yang semakin kompetitif, baik didalam negeri sendiri maupun luar negeri. Dengan sumberdaya yang semakin terbatas dan tumbuhnya negara-negara pesaing baru serta skema perdagangan global merupakan tantangan bagi para pengusaha. Oleh sebab itu keberhasilan para pengusaha di dalam perjalanan usaha menjadi hal yang penting dalam pencapian tersebut.
Keberhasilan seorang pengusaha sangat ditentukan oleh kemampuanya melakukan inovasi. Menariknya terkadang inovasi berawal dari mimpi, mimpi disini bukan berarti bunga tidur, tetapi merupakan suatu cita-cita atau ide. Semua yang dilakukan pengusaha, profesi apapun yang dihadapi, harus mampu melihat ke depan dan berjuang untuk menggapai apa yang di jadikan tujuan perusahaan sehinga akan tercipta kemakmuran dan kemajuan bangsa.

Peran UMKM dalam membangun ekonomi Nasional

Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 dan UU 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat. Perubahan sistem ini akan mengalami implikasi terhadap pelaku bisnis mikro, kecil dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang dikenakan pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan daya saing Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Disamping itu semangat kedaerahan yang berlebihan, kadang menciptakan kondisi yang kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya di daerah tersebut.

Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku Tahun 2003 dan APEC Tahun 2020 yang berimplikasi luas terhadap usaha mikro kecil dan menengah untuk bersaing dalam perdagangan bebas.

Dalam hal ini, mau tidak mau Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dituntut untuk melakukan proses roduksi dengan produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global dengan standar kualitas seperti isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14.000) dan isu Hak Asasi Manusia (HAM) serta isu ketenagakerjaan.

Isu ini sering digunakan secara tidak fair oleh negara maju sebagai hambatan (Non Tariff Barrier or Trade). Untuk itu maka diharapkan UMKM perlu mempersiapkan agar mampu bersaing baik secara keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan eknomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut.

Minim persiapan, ’Visit Jepara 2008’ tidak ada greget

JEPARA - Bulan Kunjungan Wisata ”Visit Jepara 2008” yang digeber Pemkab Jepara dan para pelaku dunia usaha di Jepara, tampaknya masih jauh dari harapan. Baliho, spanduk dan produk promosi ”Bulan Kunjungan Wisata” yang dipasang di beberapa sudut kota dan puluhan kaca bus luar kota, tidak sepenuhnya memberi dampak bagi kegiatan ini. Dari beberapa objek wisata Jepara yang ada, tidak terlihat tandatanda tentang adanya peningkatan jumlah pengunjung secara signifikan.

Bulan Kunjungan Wisata Jepara yang digelar mulai 15 September sampai 31 Oktober mendatang, tinggal menyisakan sekitar dua pekan. Namun grengseng- nya bisa dikatakan tidak ada sama sekali. Jangankan bagi masyarakat luar, masyarakat Jepara sendiri seperti tidak tertarik pada even ini.

Samsul Arifin (33), seorang praktisi usaha pariwisata mengakui, even Visit Jepara 2008 masih jauh dari harapan. Even ini, menurutnya, harus diakui sebagai sebuah upaya bagus untuk mendongkrak kemajuan dunia wisata Jepara. Namun persiapan yang hanya sebulan, menurutnya, jelas tidak cukup untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Menurut Samsul, untuk even seperti itu idealnya harus disiapkan sekitar 4-6 bulan sebelumnya. Even ini harus melibatkan banyak elemen dalam masyarakat. Sebuah jaringan kerja harus bisa dibangun terlebih dahulu untuk even seperti ini. Selain itu, promosi dan sosialisasi harus dilakukan dengan baik dan terencana. Sehingga semua elemen yang terlibat, termasuk masyarakat umum dan masyarakat di sekitar objek wisata mengetahuinya dengan pasti.

”Even seperti ini memerlukan kesamaan visi dan misi dari semua elemen yang terlibat. Jejaring pariwisata harus disiapkan terlebih dahulu, bersamaan dengan kesiapan dari para pelaku usaha pariwisata, serta infra struktur pariwisatanya. Visit Jepara 2008 akan menjadi sesuatu yang luar biasa bagi dunia wisata Jepara jika disiapkan dengan sungguh-sungguh,” ujarnya, Senin (20/10).

Evaluasi
Kabid Pengembangan dan Pengelolaan Pariwisata Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara, A Juli Susanto SH tidak menampik sinyalemen ini. Event Visit Jepara 2008, menurutnya, memang perlu banyak dievaluasi dalam pelaksanaannya. Program ini, kata dia, memang memerlukan persiapan lebih panjang. Terpenting lagi, anggaran untuk kegiatan ini juga memerlukan dana lebih banyak lagi.

Dikatakan Juli Susanto, selain persiapan kurang, pendanaan untuk event Visit Jepara 2008 jauh dari cukup. Untuk kegiatan ini hanya menggunakan dana Rp 75 juta. Dana tersebut sebagian besar habis tersedot untuk pembiayaan kegiatan promosi, terutama pembuatan spanduk, baliho dan leaflet. Di-luar itu, event ini mengandalkan pembiayaan dari dinas lain, seperti dalam kegiatan festifal kerajinan dan pameran produk mebeler.

”Kami tidak akan memungkiri hal itu. Visit Jepara 2008 memang masih jauh dari harapan, khususnya dari sisi kualitas. Kegiatan ini harus disiapkan secara matang dalam waktu yang tidak hanya sebulan,” ujarnya, Senin (20/10).

Agenda Pengelolaan JTTC

Sejak tanggal 1 Juli 2008, Samsul Arifin, SE, MM menjadi pengelola operasional baru dari Jepara Trade and Tourism Center (JTTC), menggantikan tim Detro Consulting yang telah mengawali pengelolaan JTTC.

Samsul Arifin ini memiliki pengalaman dalam mengelola Tourism Information Center, Radio Wisata, Hotel & Restaurant, Travel Agent, Dosen STIENU, Trading, Konsultan Manajemen dll.

Pengelola baru ini akan melanjutkan, tidak mengganti, tugas dan fungsi JTTC yang telah dirintis oleh pengelola sebelumnya. Seperti pada periode sebelumnya, JTTC berfungsi : pusat promosi, pusat desain, klinik HAKI dan Pusat Informasi Potensi dan Pariwisata. JTTC adalah salah satu unit pelayanan teknis pemerintah dalam mengembangkan usaha kecil menengah di Jepara. Selama ini kita baru mengenal unit pelayanan teknis lebih pada bidang kesehatan dan pendidikan. Layanan pemerintah di bidang kesehatan dan pendidikan memang terlebih dahulu lebih mapan dibandingkan layanan untuk UKM.

Sampai hari ini, JTTC telah berjalan 1 tahun 2 bulan. Masih ada anggapan, bahwa gedung JTTC masih sepi dan tidak berfungsi. Anggapan itu tidak lepas dari belum terasanya ke empat fungsi JTTC tersebut di mata masyarakat. Yang paling mudah dan sering dipersalahkan dari belum optimalnya fungsi tersebut adalah pengelola JTTC. Sama halnya ketika ada kelambanan dalam pelayanan puskesmas, yang cenderung dipersalahkan adalah pegawai puskesmas.

Padahal unit layanan teknis JTTC adalah satu mata rantai yang kelancarannya membutuhkan mata rantai lainnya dalam suatu siklus layanan pemerintah. Siklus layanan itu meliputi: 1. penyerapan aspirasi dari pemangku kepentingan 2. Dukungan dari Kebijakan Bupati 3. Legalitas Organisasi yang membantu fungsi 4. Desain Layanan 5. Mobilisasi Sumber Daya 6. Penyaluran Sumber daya 7. Penempatan titik layanan yang terjangkau 8. Pengorganisasian masyarakat penerima layanan untuk membantu penerimaan layanan. Ke tujuh siklus layanan ini adalah kesatuan yang saling mempengaruhi

Penyerapan aspirasi dan dukungan dari kebijakan bupati telah JTTC capai. Penyerapan aspirasi dilakukan dengan mengundang asosiasi untuk membicarakan optimalisasi fungsi JTTC. Hasil dari pembicaraan ini adalah beberapa action plan untuk mewujudkan fungsi pelayanan JTTC pada UKM.

Agenda JTTC selanjutnya adalah membangun legalitas yang memungkinkan JTTC berkoordinasi, bekerja sama, dan memobilisasi sumber daya antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait di Jepara. Tanpa legalitas, SKPD sulit untuk diajak berkoordinasi, apalagi memobilisasi sumber daya. Padahal keempat fungsi JTTC membutuhkan keikutsertaan berbagai SKPD untuk berfungsi optimal. Tanpa legalitas ini, beberapa pihak akan saling menyalahkan pihak lainnya, dan masing-masing berpegang pada pedoman bahwa mereka secara legal tidak bertanggung jawab atas fungsi JTTC. Pengelola sendiri tidak bisa berjalan sendiri menjalankan fungsi JTTC secara optimal tanpa bersinergi dengan berbagai SKPD.

Jika legalitas selesai, hal yang segera dikerjakan secara koordinatif adalah . Desain Layanan 5. Mobilisasi Sumber Daya 6. Penyaluran Sumber daya 7. Penempatan titik layanan yang terjangkau 8. Pengorganisasian masyarakat penerima layanan.

Karena legalitas itu seringkali berjalan lambat, Sambil menunggu legalitas, Pengelola JTTC ini akan menggunakan sumber daya seadanya untuk mewujudkan fungsi JTTC, dengan menggandeng swasta dan asosiasi yang bersedia mendukung.

1. Box layanan informasi perdagangan dan pariwisata. Berisi info buyer, supplier, perusahaan, order,

2. Penyelenggaraan internet untuk menunjang box layanan informasi tersebut

3. milis informasi untuk pengembangan industri furniture dan kerajinan

4. Portal komunikasi buyer - penjual untuk produk furniture dan kerajinan Jepara

Mohon dukungan pengusaha furniture dan kerajinan dengan menyiapkan profil perusahaan (Nama perusahaan, kontak person, telp, email, website, jenis produk, kapasitas produksi), demi kelancaran pelayanan kami.

Kamis, 05 Februari 2009

Wisata Mulai dilirik Menjadi Mata Pencaharian Warga Lokal

Ada yang Nekat Datangkan Kano dari Bali

Wisata memang menjadi magnet baru warga lokal untuk mengais rezeki, utamanya yang dekat dengan obyek wisata pantai. Sebagian warga bahkan berharap, wisata Jepara bisa berkembang seperti di Pulau Dewata Bali.

KEINDAHAN alam di sejumlah pantai seperti Pantai Bandengan, Pantai Kartini maupun pantai lainnya yang tersebar di Jepara menjadi aset yang berharga. Tidak banyak daerah yang mempunyai potensi alam seperti Jepara.

Belum lagi Kepulauan Karimunjawa yang masih elok dan belum banyak orang mengenal apalagi menyentuhnya. Karena itu cukup wajar sejumlah harapan besar dicita-citakan Pemkab Jepara agar potensi yang belum tergarap bisa diberdayakan untuk kesejahteraan warga maupun untuk pemasukan daerah.

Hisyam salah seorang warga Karimunjawa misalnya melihat potensi alam Kepulauan Karimunjawa yang masuk Kecamatan Karimunjawa tidak kalah hebat dengan Bali. "Kalau masalah potensi kita tidak kalah dengan sana. Hanya masalah kultur dan kesiapan warga yang perlu dimatangkan," ujarnya.

Hal ini juga diakui Samsul Arifin. Menurutnya untuk memberdayakan potensi agar bisa menggerakkan sektor ekonomi warga tidak terlalu sulit. "Potensi alamnya sebenarnya tidak jauh beda. Yang agak sulit adalah bagaimana masyarakatnya bisa menyiapkan diri untuk wisatawan ke sini," ujar salah satu pemilik travel Trio Tours ini.

Potensi alam ini ternyata sudah mulai tercium sebagian warga. Contohnya Cipto salah seorang warga Bandengan, Kecamatan Jepara, sejak 2007 memanfaatkan potensi Pantai Bandengan dengan menyewakan perahu kano.

Untuk memulai usaha ini Cipto mengaku mendatangkan Kano langsung dari Bali. "Saya beranikan untuk investasi usaha ini karena memang ke depan kayaknya menjanjikan. Bersama sejumlah teman, kami patungan membeli perahu kano," ungkapnya tanpa menyebutkan berapa investasi yang dia tanamkan.

Awalnya kehadiran kano belum mendapat respon. Lambat laun dengan sedikit promosi sana-sini, pria berumur 38 tahun ini mengaku kehadiran kano mulai banyak disukai pengunjung.

"Ke depan bisnis ini cukup menguntungkan terlihat dari animo yang terus meningkat," ujarnya.

Sejauh ini memang baru hari-hari tertentu seperti saat pesta lomban maupun masa liburan penghasilan bisa diharapkan. Saat ramai, pria yang dulunya berkecimpung sebagai nelayan ini mengaku bisa meraup ratusan ribu per hari. "Saat biasa ya lumayanlah bisa dapat puluhan ribu," ungkapnya.

Sekali menyewa per jamnya Cipto memungut biaya jasa sebesar Rp 10 ribu untuk perahu kano yang kecil. Sementara perahu kano yang besar dia menyewakan kepada pengunjung Rp 20 ribu per jam. (*)

Membranding Jepara Lewat Pameran Informasi Pembangunan

Saatnya Mengoptimalkan Peran JTTC

Gedung Jepara Tourism and Trade Center (JTTC) yang dibangun dengan dana miliaran rupiah tidak ingin disia-siakan begitu saja. Selain difungsikan sebagai kantor Kadin Jepara, Asmindo Komda Jepara maupun lainnya. Namun fungsi utama gedung ini justru terletak sebagai pusat promosi.

MELALUI even PIP beberapa hari lalu dengan target menyebarluaskan informasi mengenai kemajuan yang sudah dicapai, maupun rencana pengembangan arah pembangunan lebih khusus, dengan mengembangkan berbagai potensi daerah mulai wisata, industri dan lainnya difokuskan di tempat ini.

Tidak salah memang rencana Pemkab mengoptimalkan JTTC. Tempat ini cukup strategis. Berlokasi dipinggir jalan di Desa Rengging, Kecamatan Pecangaan. Jika menilik persoalan ini, maka sentra informasi mengenai wisata dan perdagangan sunggu sangat pas.

Apalagi dengan rencana Pemkab dan pengelola JTTC menggelar lelang mebel. Dengan demikian upaya meramaikan tempat ini dengan berbagai even kegiatan yang bersifat informatif harus sering dilakukan.

Bagaimana JTTC bisa memberikan nilai positif bagi pengembangan potensi daerah termasuk menyebarluaskan potensi Jepara, sehingga kunjungan ke Jepara tidak hanya sebatas saat berlangsung program Bulan Kunjungan Jepara. "Ketika orang mencari sesuatu maka orang bisa langsung mengakses tempat tersebut," ungkap Samsul Arifin pengelola JTTC.

Hal ini juga didukung dengan adanya Tourism Information Center (TIC) yang berpusat di kompleks Dinas Pariwisata. "Sinergitas antar instansi maupun pihak terkait sangat penting untuk memaksimalkan potensi wisata maupun potensi daerah. Kehadiran TIC dengan website yang banyak diakses orang luar, makin memudahkan untuk membuka Jepara sebagai kota tujuan wisata dan perdagangan," imbuh dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama (STIENU) ini.

Pada akhirnya terbentuknya brand image yang sudah melekat di kota ukir ini menunggu kesiapan masyarakat Jepara. Jika menginginkan kota ini bisa menjadi magnet wisatawan tentu kesiapan mental warganya perlu ditata. "Percuma kalau sarana dan prasana serta akses informasi tersebar luas, tapi warga belum siap dengan perubahan yang akan terjadi, program kunjungan wisatawan tidak akan maksimal," imbuhnya. (*)

JTTC Jembatan Pariwisata Jepara-Dunia

Jepara, CyberNews. Hello, I would like to make reservation one suit room from 25-28 February. Can you arrange this for me? Demikian Pavel Setvak asal Republik Checnya, negara pecahan Uni Soviet meminta meminta informasi dari negaranya, lewat situs pariwisata yang langsung ditanggapi Jepara Tourism Center (JTC), pertengah Februari lalu. Dia bermaksud mendapatkan informasi penginapan, terkait rencana kunjungannya ke Jepara.

Ada ratusan penanya serupa dari mancanegara yang ingin tahu soal kebutuhan wisatawan asing jika ingin datang ke Jepara. Pengelola website di JTC, Muhammad Rifki Rusdani, memberikan data terakhir pengunjung website tersebut, baik domestik maupun mancanegara. Sejak diluncurkan 2 Februari 2008, hingga akhir bulan telah ada 504 pengunjung.

Sebanyak 70 persen merupakan wisatawan mancanegara, dan peringkat pertama berasal dari AS, lalu disusul Australia, Hongkong, baru negara-negara Eropa, Asia Timur, Amerika Latin, dan Timur Tengah. Sisanya merupakan wisatawan domestik yang tinggal di Indonesia, dan sebagian lagi penduduk Indonesia yang tinggal di luar negeri.

Perkembangan pada Maret, sejak awal bulan hingga Senin (17/3), telah ada 343 pengunjung website, dan kembali AS mendominasi, lalu disusul Australia, Italia, baru negara-negara Eropa Barat dan Timur. ''Saya memprediksikan pengunjung website yang ingin tahu tentang potensi pariwisata Jepara hingga akhir bulan ini akan meningkat dibanding bulan sebelumnya,'' kata Rifki yang juga alumni magister manajemen Universitas Indonesia Jakarta itu.

JTC yang berkantor mungil di Jl Arif Rahman Hakim, persis di depan Dinas Pariwisata Jepara, bisa dibilang jembatan baru untuk promosi wisata ke berbagai belahan dunia. Mereka tidak hanya mengunjungi website, namun sebagian datang langsung ke Jepara. Salah satu perintis JTC, Samsul Arifin, mengatakan, ada keselarasan antara program pemerintah dalam Visit Indonesian 2008 ini. ''Sebagian di antara mereka sudah datang langsung ke Jepara,'' kata Samsul yang juga dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (NU) Jepara.

Para pengunjung website itu memiliki banyak latar belakang dan maksud. Namun sebagian besar ingin tahu lebih banyak soal potensi wisata. Pesona wisata bahari Karimunjawa adalah yang paling menjadi daya tarik. Informasi transportasi menuju kepulauan itu, penginapan, cuaca, dan kebudayaan masyarakat ingin mereka ketahui sebelum datang. Untuk masyarakat lokal keberadaan JTC bahkan menjadi tempat bertanya sales motor yang ingin mengembangkan bisnis. Sebuah bisnis kasino di Singapura, juga disebut pernah mengunjungi website tersebut.

Dengan menyambangi website gojepara.com, memang memungkinkan melihat potensi semua objek wisata. Tak hanya alam, tapi juga budaya dan kini dikembangkan kuliner. Cukup mengetik kata kunci: Jepara tourism, di mesin pencari Google maupun Yahoo, maka rumah informasi wisata Jepara akan muncul di halaman pertama.

JTC merintis jaringan pariwisata di tengah geliat pebisnis permebelan Jepara yang ingin menggaet kembali kepercayaan dunia. ''Kami memang sementara ini fokus menyediakan layanan informasi soal pariwisata, namun tidak menutup kemungkinan informasi bisnis masuk. Karena dua hal ini biasanya bisa datang bersamaan,'' lanjut Samsul.

JTC kini terobsesi untuk menyediakan layanan informasi serinci mungkin. Kabar terbaru, JTC mendapatkan lampu hijau dari Bappeda untuk bisa menampilkan potret Jepara yang diambil dari satelit 2007 lalu. Peta itu sementara ini belum bisa memotret seluruh Jepara. Kelak bisa diolah dalam website dan bisa memandu wisatawan mengenali jalanan di Jepara dan wisata bahari secara detail.

Perajin Jepara Menghadapi Krisis

PARA pengusaha mebel di Jepara saat ini dihadapkan pada suatu dilema yang sulit dan harus berpikir dengan dahi yang mengerut untuk lepas dari persoalan. Krisis global memang mengancam industri mebel, khususnya untuk pasar Amerika dan Eropa.

Mereka mengaku order menurun drastis. Menurut Ahmad Fauzi, ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Komisi Daerah (Komda) Jepara, saat ini untuk pangsa pasar Amerika cenderung turun cukup signifikan dari sisi permintaan.

Untuk para perajin, sebaiknya menghindari pasar negeri Paman Sam itu pada saat krisis global seperti sekarang ini. Dampak penurunan itu jelas dirasakan oleh para perajin.

Tetapi Fauzi menegaskan, penurunan order itu hanya kasusistik, tidak serta merta seluruh perajin Jepara mengalami kebangkrutan. ”Memang pangsa pasar para perajin tidak semuanya ke Amerika, mereka juga ekspor barang ke Eropa. Untuk krisis saat ini, dampak mulai terasa khususnya bagi perajin kelas menengah.

Ini hanya kasusistik. Tetapi jika krisis ini berkepanjangan, lama kelamaan industri mebel di Jepara juga akan mengalami kemunduran order,” jelasnya, Rabu (22/10).

Dia menambahkan, pasar mebel memang harus segera dari impitan krisis global. Jika pasar Amerika tidak menjanjikan, para perajin seharusnya mulai ancang-ancang membidik pasar domestik.

Pasar domestik dinilainya sangat berpotensi untuk menggantikan pasar Amerika dan Eropa. ”Transaksi di pasar domestik cukup bagus untuk saat ini. Pasar ini tidak terpengaruh dengan kondisi krisis global yang dialami Amerika. Cenderung permintaan semakin bertambah dibanding ekspor,” imbuhnya.

Selain pasar domestik, bidikan lainnya yakni Singapura dan Eropa Timur. Pasar ini menurutnya berpotensi besar menggantikan pasar Amerika dan Eropa yang saat ini masih gonjang-ganjing dengan krisis keuangan.

”Mebel Jepara sangat identik serta autentik. Mebel ini sudah punya pasar sendiri. Saya yakin di pasar selain Eropa dan Amerika, masih menerima mebel bikinan Jepara. Jangan lupakan efisiensi yang berdaya saing. Artinya, harga mebel ini bisa bersaing serta kompetitif untuk pangsa pasar global,” tegasnya.

Kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah saat ini dengan menaikkan suku bunga jelas memberatkan pelaku ekspor. Sebagian besar pengusaha mebel di Jepara bersimbiosis mututalisme dengan perbankan karena kucuran kreditnya. ”Rasionalisasi kebijakan harus dilakukan pemerintah dengan BI sebagai perbankan. Pemerintah harus memperhatikan permasalahan ini,” ucapnya.

Pandangan alternatif pasar lainnya yang dibidik oleh perajin Jepara juga diungkapkan Samsul Arifin, dosen ekonomi STIENU Jepara. Dia memaparkan, para perajin sebaiknya mengalihkan pasarnya tidak berorientasi ekspor saja, melainkan sudah menilik pasar domestik.

Pasar itu dinilainya masih bagus daripada Eropa dan keuntungan yang didapat cukup lumayan. ”Karena Indonesia itu negara aneh. Dalam artian, orangnya dalam kondisi krisis ekonomi tetapi masih mampu membeli,” ungkapnya.

Hal senada dikatakan Kabid Perdagangan Dinas Indagkop Kabupaten Jepara Salembayong, kemarin. Pengaruh krisis global memang sedikit banyak berpengaruh pada order para perajin.

Menurut Bayong, selain pasar domestik, pengalihan pangsa pasar ini dilakukan untuk pasar Eropa Timur, Timur Tengah, serta Asia. ”Krisis ini otomatis memengaruhi daya beli pasar. Saya memahami pasar Eropa dan Amerika saat ini mulai lesu terkait permintaan mebel dari Indonesia khususnya Jepara. Mereka memang tidak mempunyai daya beli untuk itu,” tandas Bayong.

Jepara dikenal sebagai Kota Ukir yang mencapai tren keemasannya pada era 1997-1998. Pada saat itu nilai 1 dolar AS Rp 2.500 menjadi Rp 15.000.

Sebagian pelaku ekspor mebel, perajin menggunakan transaksi dalam bentuk dolar Amerika. Tapi semenjak 2001, tren peningkatan ekspor ke mancanegara menurun drastis. Ini dibuktikan dengan banyaknya gudang mebel yang dijual karena kredit macet dan terjerat utang bank. Cyber

Fokuskan Promosi Daerah

EPARA - Promosi dampaknya tidak bisa dirasakan langsung. Meski demikian, promo berbagai potensi daerah ke luar Jepara bahkan ke luar negeri melalui internet, pameran dan lain-lain harus dikembangkan terus karena kunci kemajuan dunia pariwisata terletak pada faktor ini.

Samsul Arifin, salah seorang pengurus Persatuan Hotel dan Restoran (PHRI) Kabupaten Jepara mengatakan potensi wisata di Jepara sangat banyak dan beragam. "Mulai dari potensi alam dan non alam sangat banyak serta bervariasi. Sudah selayaknya potensi ini dikembangkan secara maksimal," tandasnya.

Promosi memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Meski demikian, jika upaya ini dilakukan secara kontinyu dan berkelanjutan, maka hasilnya bisa dinikmati pada masa-masa yang datang.

Bulan Kunjungan Jepara salah satu program kunjungan wisata yang digagas dan dikembangkan Pemkab Jepara saat ini menurut Samsul patut diapresiasi. "Ke depan berbagai program serupa juga mesti dibuat secara berkesimbungan sehingga memberikan efek positif," ungkap pria yang bertubuh gemuk ini baru-baru ini.

Bukan hanya Pemkab yang punya peran melakukan promosi. Masyarakat termasuk pelaku usaha di bidang pariwisata seperti travel, sentra-sentra industri maupun masyarakat pada umumnya ke depan bisa bersama-sama mempromosikan potensi wisata di Jepara.

"Bagaimana memanfaatkan dan memaksimalkan potensi dengan melibatkan masyarakat secara luas hasilnya lebih efektif. Partisipasi warga bisa mempercepat langkah promo. Di tingkat terkecil misalnya, promosi dari mulut ke mulut bisa membantu kunjungan wisata ke Jepara," tandasnya. (zis)

Kembangkan Obyek Wisata Tersembunyi

JEPARA- Objek-objek wisata yang tersembunyi selayaknya juga harus dikembangkan. Hal itu untuk memberikan lebih banyak referensi masyarakat pengunjung yang meminati dunia pariwisata di Bumi Kartini. Pengembangan objek wisata saat ini dinilai masih terkonsentrasi ke lokasi-lokasi mapan, seperti Pantai Kartini dan Bandengan. Padahal banyak sekali potensi yang belum tersentuh.
Demikian disampaikan pegiat Pusat Informasi Pariwisata (JIC) Jepara, Samsul Arifin, Jumat (23/5). ''Kalau potensi objek wisata yang tersembunyi ini dikembangkan, bisa memberikan banyak pilihan bagi calon pengunjung,'' katanya.

Potensi Dikembangkan
Objek-objek tersembunyi itu selain bisa dilihat di daratan Jepara, juga pantai di Karimunjawa. Desa-desa di lereng Gunung Muria potensial untuk dikembangkan. Desa Tempuir dan Damarwulan adalah dua di antaranya. Dua desa itu juga memiliki kekhasan minuman, berupa kopi yang diproduksi masyarakat setempat. Kopi dari dua desa ini memiliki kekhasan rasa, dan sedikit banyak bisa menjadi pelengkap kuliner dua desa yang dilalui Kali Gelis dengan segala panorama perbukitan dan keteduhan udara.
Di titik pantai, sebenarnya Pantai Bondo, Kecamatan Bangsri, juga tidak terlalu kalah menarik dengan Pantai Bandengan. Sama-sama berpasir putih, pantai ini telah lama dikunjungi masyarakat setempat. ''Jika dikembangkan lebih bagus, Pantai Bondo juga akan menjadi pilihan lain objek wisata pantai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sebelah utara,'' jelas dia yang juga dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi NU (Stienu) Jepara itu.
Dia juga menyoroti tentang Karimunjawa, kawasan wisata yang terkenal, namun belum banyak warga Jepara yang bisa sampai di sana. Jika sarana transportasi antarpulau di Karimunjawa menjadi kendala pengunjung untuk mengarunginya, maka perlu juga dibikin miniatur Karimunjawa di salah satu titik. Para pelajar atau elemen masyarakat lain yang ke Karimunjawa dan memiliki waktu luang singkat, cukup mengunjungi miniatur itu. ''Ini potensi yang belum dikembangkan dan akan sangat membantu,'' lanjutnya.
Pihaknya kini telah mengembangkan informasi tentang pariwisata, dengan mendirikan Radio Wisata Jepara di 88,8 FM. Sudah sebulan ini radio yang banyak memberikan porsi siaran tentang pariwisata Jepara itu mengudara, dengan konsep siaran 50 persen berbahasa Inggris, 30 persen Bahasa Indonesia, dan 20 persen berbahasa Jawa khas Jepara.(H15-79)

Export Mebel Jepara Bisa Turun

Krisis keuangan global dengan Amerika Serikat, dampaknya bisa menimpa industri permebelan yang menjadi salah satu penyangga ekonomi Jepara.

Namun tak sepenuhnya dampak yang menimpa itu merugikan. Satu sisi kondisi itu diperkirakan ada nilai plusnya. Jika krisis tersebut berlangsung dalam jangka waktu lama, maka masyarakat di tingkat bawah bisa terkena imbasnya.

Ha itu dikemukakan oleh Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Jepara Ahmad Fauzi dan dosen Ilmu Ekonomi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama (STIENU) Jepara Samsul Arifin.

Fauzi menjelaskan, satu-satunya nilai plus dari dampak krisis keuangan global itu adalah menguatnya nilai tukar mata uang dolar AS atas rupiah. ”Untuk ekspor mebel, tentu ada sedikit marjin keuntungan dari fluktuasi dua mata uang tersebut,” kata Fauzi.

Namun dia buru-buru menyatakan, dampak krisis keuangan global terhadap industri mebel saat ini berbeda dengan fenomena 2008, dimana jatuhnya rupiah hingga kisaran Rp 18.000/dolar AS membawa keuntungan besar bagi para eksportir furnitur Jepara.

Itu karena pasar global ketika itu, terutama AS dan negara-negara Eropa relatif stabil.

Sisi negatif dari dampak krisi global saat ini adalah kemungkinan menurunnya permintaan produk furnitur dari Jepara ke pasar-pasar yang terkena dampak serius keuangan global seperti AS dan Eropa.

Ekspor Turun

Sebagai negara tujuan ekspor mebel Jepara, AS kini menempati peringkat kedua setelah negara-negara Eropa. Penurunan nilai ekspor, juga akan menekan produksi.

”Jika permintaan negara-negara pengimpor menurun, jelas sektor usaha akan mengurangi produksi dan secara langsung ini bisa berpengaruh pada sektor lain seperti tenaga kerja,” jelasnya.

Di sisi lain, melemahnya rupiah juga bisa memacu kenaikan harga-harga bahan baku pembuatan mebel. Ini akan lebih menyulitkan, karena kenaikan harga bahan baku lazimnya tidak diimbangi dengan kenaikan harga jual.

Langkah yang ditempuh pemerintah dengan menaikkan suku bunga bank juga bisa berdampak negatif, karena industri mebel Jepara amat berkait erat dengan sektor perbankan dan jelas akan makin membebani kreditur.Cyber

Pengembangan Pantai Bondo Jepara

(Suara Merdeka, Budi Cahyono) KABUPATEN Jepara memang dianugerahi deretan pantai berpasir putih. Pantai-pantai ini memang tidak kalah dengan Kuta di Bali. Sebut saja dua pantai yang sudah menjadi ikon Kota Ukir, yakni Pantai Kartini dan Tirto Samudro atau yang lebih dikenal dengan Bandengan.
Keberadaan dua pantai ini sudah dikenal sentero negeri ini, disamping pasir putih, mandi laut, dan yang tidak kalah pentingnya panorama sunset (matahari terbenam). Kalau boleh ditilik lebih rinci lagi, ada beberapa pantai yang berpasir putih berpotensi untuk dikembangkan dan menjadi idola serta ikon baru, salah satunya Pantai Ombak Mati yang terletak kurang lebih 10 km ke arah utara Kota Jepara tepatnya di Desa Bondo, Kecamatan Bangsri.
Pantai Ombak Mati ini sangat cocok untuk wisata keluarga selain nyaman, keindahannya tak kalah di banding Pantai Kartini dan Bandengan. “Menurut rencana, jika disetujui, tahun depan pihak kami akan melakukan pengembangan di Pantai Bondo. Daerah tersebut layak untuk menjadi daerah tujuan wisata dan menjadi ikon baru Jepara,” ungkap Kabid Pengembangan dan Pengelolaan Pariwisata Disparta Kabupaten Jepara A Juli Susanto.
Menurutnya, ada kendala yang harus dihadapi oleh Pemkab Jepara saat ini untuk pengembangan tempat tersebut. Yakni status tanah yang ada di sekitar tempat tersebut. Saat ini tanah di bibir pantai itu sudah berstatus kepemilikan oleh masing-masing warga.
“Itulah kendala kami untuk pengembangan wilayah tersebut. Setidaknya membutuhkan dana besar untuk pembebasan tanah di wilayah itu,” imbuh Juli.
Setidaknya, dibutuhkan dana Rp 4-5 miliar, itu pun dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan tidak hanya dalam tahun anggaran 2009. Tetapi terus dilakukan hingga sarana dan prasaran betul-betul siap termsauk dengan masyarakatnya. “Kalau masyarakatnya sudah sangat antusias menyambut rencana ini,” tandasnya.

Benahi Pengelolaan
Selain menyiapkan segala sesuatunya, Samsul Arifin, wakil ketua Dewan Pariwisata Jepara mengatakan, pembangunan jalan menuju ke arah tersebut memang harus diperhatikan. Saat ini jalan menuju pantai tidak beraspal dan sempit. “Rencana pengembangan ke arah yang lebih baik memang harus didukung besama. Sarana dan prasarana diharapkan bisa lebih baik dari sekarang. Pantai di Jepara tidak kalah dengan Bali, tinggal pengelolaannya saja yang perlu dibenahi,” tegasnya.
Dengan demikian, Samsul mengharapkan agar ketiga unsur yang terlibat di dalamnya, Pemkab, pelaku pariwisata, dan masyarakat sendiri bisa berjalan berdampingan demi kemajuan potensi alam dan pengelolaan Pantai Bondo. Yang menjadi catatan terpenting Samsul adalah, warga harus sudah siap menerima kehadiran turis dan budaya mancanegara.
“Kami selaku pelaku wisata siap mendukung Pemkab dan masyarakat untuk pengelolaan Pantai Bondo. Tidak hanya itu saja, pengembangan ke arah wisata diharapkan lebih merata,” imbuh Dewan Penasihat PHRI Jepara ini.
Pengembangan wisata di daerah tersebut disambut baik oleh Sulaiman warga dan perangkat Desa Bondo. Dirinya memang sudah mengetahui rencana tersebut, secara garis besar warganya siap membantu program Pemkab.
“Kami senang-senang saja ada pengembangan wilayah Bondo ini.Tetapi pembangunan itu nantinya jangan sampai merusak ekosistem dan sejarah di Desa Bondo,” tegasnya. (36)

Pengelola JTTC

Untuk mengembangkan beragam potensi Jepara, Jepara Trade and Tourism Center, bekerja sama dengan Dinas Indagkop Jepara menyelenggarakan GEBYAR TROSO 2008 yang berlangsung tanggal 19-21 Oktober 2008 di Gedung JTTC, Jl Raya Jepara Kudus KM 11.5 Rengging Pecanggaan Jepara. Untuk memeriahkan kegiatan ini, disediakan kegiatan festival musik, peragaan busana oleh Duta Jepara 2008 dan permainan anak. Festival Musik dan Peragaan Busana diselenggarakan pada hari Selasa, 22 Oktober 2008 mulai pukul 14.00-22.00 WIB.

Menurut Samsul Arifin, SE, MM, Koordinator JTTC, “Gebyar Troso ini kami selenggarakan karena ingin Jepara tidak hanya berkembang dalam industri mebel, tetapi juga berkembang dalam industri lainnya, termasuk industri tenun Troso.”

Saat ini Industri Troso telah menghasilkan inovasi-inovasi produk baru, tidak hanya diperuntukkan untuk pegawai negeri tetapi juga untuk masyarakat umum. Gebyar Troso ini untuk menepis anggapan bahwa kain Troso ini hanya sesuai untuk pegawai negeri. Pameran ini menampilkan Tenun Ikat mesces, jaranan, katun, sutra, hiasan dinding, tumanggal dengan desain-desain terbaru, yang sebagian sudah diekspor. Dari segi bentuk, pameran ini menampilkan baju, sarung, taplak, selendang, blangket, ekstra, king.

Gebyar Troso ini adalah pameran untuk lebih memperkenalkan produk tenun Troso kepada masyarakat Jepara dan para wisatawan yang berkunjung ke Jepara. Pameran ini bertujuan membangun pengenalan, apresiasi kebanggaan warga Jepara pada produk tenun Troso. Kebanggaan tersebut perlu dibangun karena akan menjadi sarana paling efektif dalam mempromosikan dan mengembangkan industri ini. Dan yang akan memperoleh manfaat dari perkembangan ini pada akhirnya adalah warga Jepara sendiri.

Penyelenggaraan Gebyar Troso ini merupakan implementasi dari fungsi JTTC sebagai pusat promosi dan informasi potensi Daerah. JTTC punya empat fungsi pelayanan pada masyarakat: pusat promosi, klinik Hak Kekayaan Intelektual, Pusat pengembangan desain, Informasi Pariwisata dan Potensi Daerah.